Scroll untuk baca artikel





































Opini & Artikel

HMI Menjawab: Saat Guru Bertahan, Negara Harus Berbenah

10
×

HMI Menjawab: Saat Guru Bertahan, Negara Harus Berbenah

Sebarkan artikel ini

Pendidikan Indonesia tidak pernah benar-benar berhenti. Bukan karena regulasi yang kokoh, bukan pula karena program menteri yang gemilang, melainkan karena para guru memilih untuk bertahan. Mereka tetap hadir di ruang kelas meski beban administrasi mencekik. Mereka tetap mengajar meski gaji tak sebanding dengan pengorbanan. Mereka bertahan meski kesejahteraan hanya sebatas janji.

Namun, sampai kapan pengorbanan guru menjadi tumpuan utama jalannya pendidikan? Sampai kapan negara membiarkan guru menjadi benteng terakhir tanpa dukungan yang memadai? Ironi ini yang menampar kesadaran kita. Saat guru terus bertahan, seharusnya negara berbenah.

Guru sering disebut “pahlawan tanpa tanda jasa”, karena peran mereka membentuk generasi penerus bangsa tidak bisa diukur dengan materi semata. Sedangkan dosen adalah intelektual penggerak yang tidak hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga melahirkan penelitian, gagasan, dan inovasi untuk kemajuan bangsa. Guru menjadi fondasi pembentuk karakter dan dosen menjadi pilar pengetahuan bangsa. Tetapi yang saya jumpai banyak dari mereka masih harus memikirkan bagaimana membayar cicilan, menutup biaya hidup, bahkan ada yang mencari pekerjaan sampingan demi bertahan. Di sisi lain, kita menuntut kinerja maksimal dari aset paling berharga, tetapi tidak memberinya dukungan yang layak.

Solusi yang mendesak adalah Reformasi kebijakan guru, pemerintah harus menempatkan kesejahteraan guru sebagai prioritas, bukan retorika. Beban administrasi mesti dikurangi agar guru kembali fokus pada mendidik, bukan sekadar mengisi laporan. HMI perlu ikut mengawal agenda reformasi pendidikan agar tidak berhenti di meja birokrasi.

Mengutip pernyataan dari seorang praktisi, “Memerdekakan guru dan dosen adalah langkah awal memerdekakan generasi mendatang dari keterbelakangan. Jika kita gagal memberi penghargaan yang layak bagi mereka, mimpi Indonesia Emas akan tinggal slogan yang terdengar nyaring setiap saat, tapi tak pernah benar-benar hidup di ruang kelas”. Atau slogan tersebut bisa saja berganti menjadi Indonesia Cemas, sebab realisasi lapangan yang jauh dari harapan.

Dimas Saputra
Peserta Advance Training HmI BADKO Sumatera Barat