Siang itu (23/06/2023), rombongan peserta lomba karya jurnalistik dalam ajang Pertamina Hulu Rokan News Award (PENA) dan Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2023 sampai di simpang Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar yang terletak di sekitar Waduk PLTA Koto Panjang. Menjelang memasuki desa yang di juluki dengan Kampung Patin tersebut, peserta disambut dengan sebuah gapura indah yang tinggi sekitar 4 meter lebih. Gapura itu menggambarkan kepada setiap pengunjungnya akan sebuah keindahan dan keunikan yang terdapat di desa wisata yang dilewati oleh Jalan Tol Bangkinang-Sumbar. Koto Mesjid merupakan desa baru yang dipindahkan oleh pemerintah karena kampung lamanya ditenggelamkan untuk proyek nasional pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang pada tahun 1992 atau sekitar 30 tahun yang lalu.
Saat memasuki Kampung Patin, terlihat ratusan kolam ikan yang ada hampir pada setiap rumah penduduknya. Tidak salah jika Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar itu dijuluki sebagai Kampung Patin dengan jargon “Satu Rumah Satu Kolam”.
Kepala Desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar, Arjunalis saat menyambut kedatangan rombongan peserta lomba karya jurnalistik dalam ajang Pertamina Hulu Rokan News Award (PENA) dan Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) 2023 mengatakan, bahwa Desa Koto Mesjid merupakan desa muda yang baru dimekarkan dari desa Pulau Godang sebagai desa induk. Sebagai sebuah desa, Koto Mesjid dituntut untuk memiliki sebuah produk unggulan dengan memanfaatkan potensi desa yang ada. Karena itulah, kita menjadikan ikan patin sebagai ikon desa Koto Mesjid. Kita juga memproklamirkan bahwa desa Koto Mesjid sebagai Kampung Patin dengan jargon “Satu rumah satu kolam”, jelas Arjunalis.
Menjadikan desa Koto Mesjid sebagai Kampung Patin dengan cara memanfaatkan kondisi alam yang penuh rawa pada setiap perumahan penduduk. Kolaborasi seluruh stakeholder dan dukungan dari semua elemen masyarakat menjadikan Kampung Patin sebagai sasaran kunjungan ribuan pengunjung setiap bulannya. Setiap hari weekend (hari libur) Kampung Patin selalu dikunjungi oleh 5-10 bus yang ingin menikmati keindahan serta keunikan kampung yang dipenuhi oleh kolam ikan Patin dengan kekayaan kuliner khas yang memberikan kenikmatan tersendiri bagi pengunjungnya.
Penyuluh perikanan swadaya yang juga pelaku usaha ikan di desa Koto Mesjid, Suhaimi, S.Pi., MMA menyebutkan, bahwa usaha ikan Patin di Koto Mesjid sudah berjalan semenjak tahun 2000. Awalnya, sekitar tahun 1998 kita mencari jenis komoditas apa yang cocok di desa Koto Mesjid. Karena pada waktu itu, semua jenis ikan selain ikan gabus dipelihara oleh masyarakat. Pencarian jenis komoditas berlangsung sekitar 3 tahun, yakni dari tahun 1998, 1999 hingga tahun 2000. Akhirnya ditemukanlah, bahwa ikan Patin merupakan komoditas ikan yang cocok untuk dibudidaya dan dikembangkan di desa Koto Mesjid.
Usaha budi daya ikan patin diawali dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi. Masalah pertama yang dihadapi adalah masalah pembibitan. Sehingga Suhaimi melakukan pembibitan sendiri untuk memenuhi kebutuhan bibit ikan yang dibutuhkan oleh masyarakat Koto masjid. Saat ini, paling sedikitnya sudah terdapat 8 pembenihan ikan patin yang ada di Desa Koto Mesjid.
Sesuai perkembangannya, saat ini kebutuhan bibit ikan patin di Koto Mesjid sudah mencapai sebanyak 3,5 juta ekor bibit ikan patin yang dibutuhkan setiap bulannya. Pemenuhan kebutuhan bibit ikan patin tersebut diisi oleh 8 pengusaha benih ikan yang ada di Desa Koto masjid.
Sementara untuk kebutuhan ikan patin, Desa Koto Mesjid membutuhkan ikan patin sekitar 12-15 ton ikan segar setiap harinya. Ikan tersebut dikelolah menjadi berbagai macam produk ikan patin. Mulai dari ikan asap, bakso ikan, abon patin, nugget ikan, kerupuk kulit ikan dan berbagai macam produksi hilir ikan Patin lainnya.
Hanya sekitar 5% ikan Patin yang dijual sebagai ikan segar untuk memenuhi pasar-pasar yang membutuhkan. Hasil produksi ikan Patin Koto Mesjid sudah menembus daerah-daerah sekitar Provinsi Riau. Seperti daerah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Palembang, Jambi dan daerah Sumatera Barat.
Guna memenuhi kebutuhan ikan patin, sekitar 60% masyarakat Koto Masjid sebagai pelaku usaha ikan Patin terus berbenah, terutama dalam budi daya ikan Patin. Mulai dari persiapan kolam yang bagus, pemilihan bibit ikan yang unggul, perawatan ikan yang bagus, pengobatan ikan yang bagus (dahulu ikan tidak pakai antibiotik dan sekarang ikan sudah pakai antibiotik). Saat ini mayoritas kolam ikan Patin masyarakat Koto Masjid sudah memiliki sertifikat.
Salah seorang pekerja pengasapan ikan Patin desa Koto Mesjid, Rezki mengatakan, bahwa pabrik pengasapan ikan Patin tempatnya bekerja membutuhkan bahan baku sebanyak 4 ton ikan Patin segar setiap harinya. Dari 4 ton ikan Patin segar tersebut, bisa menghasilkan produksi ikan Patin asap sekitar 700 kg. Pengasapan ikan Patin berlangsung selama 8 jam. Semua hasil produksi ikan Patin asap tersebut sudah ada tempat menampungnya. Ada untuk dijual di pasar dan adapula untuk dikirim mengisi kebutuhan pasar di luar Provinsi Riau.
Saat ini, terdapat 8 rumah produksi pengasapan ikan Patin di Desa Koto Mesjid. Rumah produksi pengasapan ikan Patin tersebut dibangun oleh pemerintah. Rumah produksi pengasapan ikan Patin dikelola oleh masyarakat. Sehingga hasil panen kolam budi daya ikan Patin masyarakat dapat ditampung untuk dikelola di rumah produksi tersebut.
Sekitar 60% lebih masyarakat desa Koto Mesjid terlibat dalam usaha ikan Patin. Ada sebagai pengusaha dan ada juga sebagai pekerja. Mulai dari pembenihan, budidaya hingga usaha produksi hilir ikan Patin, seperti bakso ikan Patin, nugget Ikan Patin, kerupuk kulit ikan Patin, dan beberapa produksi hilir ikan Patin lainnya.
Setelah dijadikannya Desa Koto Mesjid sebagai Desa Wisata, Suhaimi mengatakan pendapatannya meningkat sekitar 30 %. Bersama masyarakat lainnya, Suhaimi mendapatkan pembinaan dari STP Riau yang disponsori oleh PT. PHR dalam menjadikan Koto Mesjid sebagai Desa Wisata.
Bersamaan dengan terwujudnya Koto Mesjid sebagai desa wisata, khusus abon ikan Patin yang menjadi salah satu produksi hilir ikan patin, sudah menjadi dagangan ekspor ke luar negeri. Abon ikan Patin produksi desa wisata Koto Mesjid sudah laku terjual ke negara Malaysia.
Senior Analyst Social Performance, Winda Damelia mengatakan, bahwa PT. Pertamina Hulu Rokan (PHR) bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) berkomitmen dalam mengembangkan Desa Koto Mesjid menjadi Desa Wisata mandiri. Komitmen tersebut merupakan wujud kepatuhan PT. PHR dalam melaksanakan Program Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu perusahan badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Selain memberikan bantuan sarana prasarana kebutuhan Desa Wisata, 80% bantuannya berupa pendampingan kepada masyarakat. Mulai dari pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM), seperti pelatihan tour guide (pemandu wisata), pelatihan kuliner, pelatihan homestay (rumah penginapan), pelatihan wirausaha dan UMKM, serta beberapa pelatihan peningkatan dan pengembangan SDM lainnya.
Selain bantuan tersebut, PT. PHR juga membantu dalam memasarkan produk-produk UMKM masyarakat Koto Mesjid. Selain memasarkan Pada gerai yang dimiliki dan disponsori oleh PT. PHR, produk UMKM masyarakat Desa Koto Masjid juga selalu dijadikan bagian isi goodie bag yang selalu diberikan oleh PT. PHR kepada para tamunya dan pada event-event yang dilaksanakan dan diikuti oleh PT. PHR.
Melalui program CSR tersebut, PT. PHR ingin berkontribusi untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa Koto Mesjid. Dengan berkolaborasi bersama pemerintah, perguruan tinggi dan stakeholder lainnya, PT. PHR juga ingin mewujudkan desa Koto Mesjid sebagai desa wisata mandiri.
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau, Dr. Ir. Eni Sumiarsih, M.Sc mengatakan, bahwa STP Riau sudah melakukan pembinaan dalam mewujudkan desa wisata terhadap masyarakat desa Koto Mesjid semenjak tahun 2019 yang lalu. Pembinaan tersebut berbentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism). Penentuan Koto Mesjid sebagai binaan STP Riau telah melalui tahapan analisis dan diskusi bersama Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Dalam mewujudkan Koto Mesjid sebagai desa wisata berdasarkan modul dari Kemenparekraf yang disponsori atau didukung oleh PT. PHR dari segi pendanaannya.
Pembinaan terdiri dari pelatihan tata kelola desa wisata, Pelatihan pemandu wisata, pelatihan kuliner dan gastronomi (ilmu tentang masyarakat). Pelatihan kewirausahaan dan UMKM, pelatihan tata kelola homestay. Saat ini telah terdapat 18 homestay yang dapat melayani pengunjung untuk bermalam di Kampung Patin.
Berkat kerja keras dan kerjasama dengan berkolaborasi dengan seluruh stakeholder, pada tahun 2019 STP Riau berhasil meraih Juara I Pendamping Desa Wisata Tingkat Nasional dari 114 Perguruan Tinggi Bidang Pariwisata yang dilaksankan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia. Pada tahun 2020 desa Koto Mesjid berhasil meraih Juara II Apresiasi Desa Wisata Indonesia (ADWI) bidang kuliner dengan menampilkan kuliner ikan Patin. Pada tahun 2020 Desa Koto Mesjid mendapatkan sertifikasi SNI Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainable (CHSE). dan Pada tahun 2021 Desa Koto Mesjid mendapatkan sertifikasi SNI sebagai desa wisata berkelanjutan.
Pemerintah Kabupaten Kampar melalui Plt. Kepala Dinas pariwisata Kabupaten Kampar, Akhyar Nur memberikan apresiasi terhadap keberhasilan yang diraih oleh Kampung Patin desa Koto Mesjid sebagai desa wisata. Kolaborasi yang baik dari semua stakeholder membuahkan hasil untuk peningkatan ekonomi masyarakat desa Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar.
Pemerintah Kabupaten Kampar memberikan apresiasi yang tinggi kepada PT. PHR dan STP Riau yang telah memberikan pembinaan dan bantuan kepada masyarakat desa Koto Mesjid menjadi desa wisata. Keberhasilan Koto Mesjid sebagai desa wisata diharapkan mampu menjadi motivasi dalam mengembangkan 130 lebih destinasi wisata dan 69 destinasi wisata religius yang dimiliki Kabupaten Kampar.
Penulis : Adi Jondri Putra