XIII Koto Kampar (suaraaura.com) – Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Koto Kampar yang berjarak dari ibukota Kabupaten Kampar Bangkinang menuju desa ini sekitar 25 Kilo meter.
Pada hari ini, Jum’at (23/6/2023), Rombongan insan pers PWI Kampar bersama tim Pertamina Hulu Rokan (PHR) dengan menggunakan bis dan mobil pribadi berangkat menuju Desa Koto Mesjid yang membutuhkan waktu perjalanan sekitar 45 menit dari Kota Bangkinang.
Sesampai di Desa Koto Masjid, rombongan tersebut disambut hangat oleh Kepala Desa beserta staf dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Kampar.
Kepala Desa Koto Mesjid, Arjunalis menyampaikan bahwa Desa Koto Mesjid adalah Desa Wisata yang merupakan Desa induk Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII koto Kampar yang dimekarkan pada tahun 1999.
“Berkat kerja sama Pemdes dengan mitra kerja sejak 2021 di SK-kan oleh pemerintah daerah sebagai desa kampung patin yang juga dibina oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Riau (STPR) Riau, kami juga berharap ada pembinaan dari Pertamina Hulu Rokan (PHR) terhadap Desa Koto Masjid Kecamatan XIII Koto Kampar, agar masyarakat dan pemuda terhindarkan dari bahaya’ narkoba,” ujarnya.
Sementara itu Plt Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kampar Akhyar Nur, SE menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas kunjungan rombongan Pertamina Hulu Rokan (PHR), STPR(Sekolah Tinggi Pariwisata Riau) dan rekan -rekan pers dari berbagai media.
“Kunjungan ini sangat positif untuk kemajuan desa dan juga masyarakat dalam sektor pariwisata dan perikanan Kabupaten Kampar yang akan meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya.
Kemudian, Senior Analyst Social Performance Tim Coorporate Social Responsibility(CSR) Pertamina Hulu Rokan (PHR), Winda Damelia menyampaikan bahwa Desa Koto Mesjid banyak dapat penghargaan dan prestasi bidang ekonomi kreatif UMKM.
“Kita sudah membangun gerai produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang kita bina, juga ada bank sampah kita bina, itu seluruhnya juga hasil kolaborasi kita dengan Organisasi Perangkat Daerah(OPD) terkait Pemkab Kampar,” terangnya.
“Contoh program penanganan stunting kita tangani bersama sehingga angka stunting jelas menunjukkan penurunan yang signifikan,” imbuh Winda.
Sementara itu, Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Riau (STPR) Dr.Ir.Eni Sumiarsih,MSc menyambut baik kerja sama dalam pemberdayaan masyarakat dan bidang pariwisata desa wisata.
“Kita memberikan modul dan pendampingan bersama OPD dan mitra bersama Pertamina Hulu Rokan(PHR), awalnya dulu dana sendiri tapi kini telah disupport penuh oleh PHR,” bebernya.
Dikatakannya, Desa Koto Mesjid ini adalah usaha perikanan ikan patin, tata kelola homestay, setelah dilakukan pendamping kini sudah ada sertifikat, setiap Minggu ada beberapa bus yang datang melihat Desa Wisata Koto Mesjid.
Kemudian, seusai pertemuan tersebut dilanjutkan dengan sesi diskusi, salah satu peserta Adi Jondri Putra melemparkan pertanyaan terkait 1 rumah minimal 1 kolam ikan , siapa yang memulai kolaborasi ini?
Pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh Kepala Desa Arjunalis, Dirinya mengatakan bahwa kondisi tanah dan iklim Desanya cocok untuk kolam ikan patin, suatu motto kami buat satu rumah satu kolam untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar kades Arjunalis.
Kemudian, hal senada juga disampaikan oleh Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP )Riau, Dr.Ir.Eni Sumiarsih,MSc menyebut kenapa kita memilih Koto Mesjid, karena letak yang strategis dan dukungan dari desa dan masyarakat menyambut baik kerja sama yang dilakukan, kolaborasi yang baik.
“Mekanisme kami bukan hanya pendamping tapi juga adakan pelatihan dan sesuai dengan kebutuhan didesa tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Penyuluh dan pelaku usaha ikan di desa Koto Mesjid, Suhaimi, S.Pi., MMA kepada awak media menyebutkan, bahwa usaha ikan Patin di Koto Mesjid sudah dimulai sejak tahun 2000. Awalnya, sekitar tahun 1998 kita mencari jenis komoditas apa yang cocok di desa Koto Mesjid. Karena pada waktu itu, semua jenis ikan selain ikan gabus dipelihara oleh masyarakat. Pencarian jenis komoditas berlangsung sekitar 3 tahun, yakni dari tahun 1998, 1999 hingga tahun 2000. Akhirnya ditemukanlah, bahwa ikan Patin merupakan komoditas ikan yang cocok untuk dibudidaya dan dikembangkan di desa Koto Mesjid.
Usaha budi daya ikan patin diawali dengan mengidentifikasi persoalan yang dihadapi. Masalah pertama yang dihadapi adalah masalah pembibitan. Sehingga Suhaimi melakukan pembibitan sendiri untuk memenuhi kebutuhan bibit ikan yang dibutuhkan oleh masyarakat Koto masjid. Saat ini, paling sedikitnya sudah terdapat 8 pembenihan ikan patin yang ada di Desa Koto Mesjid.
Sesuai dengan perkembangan, saat ini kebutuhan bibit ikan patin di Koto Mesjid sudah mencapai sebanyak 3,5 juta ekor bibit ikan patin yang dibutuhkan setiap bulannya. Pemenuhan kebutuhan bibit ikan patin tersebut diisi oleh 8 pengusaha benih ikan yang ada di Desa Koto masjid kecamatan XIII koto Kampar.
Sementara untuk kebutuhan ikan patin, Desa Koto Mesjid membutuhkan ikan patin sekitar 12-15 ton ikan segar setiap harinya. Ikan tersebut dikelolah menjadi berbagai macam produk ikan patin. Mulai dari ikan asap, bakso ikan, abon patin, nugget ikan, kerupuk kulit ikan dan berbagai macam produksi hilir ikan Patin lainnya.
Kurang dari 10% ikan Patin yang dijual sebagai ikan segar untuk memenuhi pasar-pasar yang membutuhkan. Hasil produksi ikan Patin Koto Mesjid sudah menembus daerah-daerah sekitar Provinsi Riau. Seperti daerah Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Palembang, Jambi dan daerah Sumatera Barat.
Guna memenuhi kebutuhan ikan patin, sekitar 60% masyarakat Koto Masjid sebagai pelaku usaha ikan Patin terus berbenah, terutama dalam budi daya ikan Patin. Mulai dari persiapan kolam yang bagus, pemilihan bibit ikan yang unggul, perawatan ikan yang bagus, pengobatan ikan yang bagus (dahulu ikan tidak pakai antibiotik dan sekarang ikan sudah pakai antibiotik). Saat ini mayoritas kolam ikan Patin masyarakat Koto Masjid sudah memiliki sertifikat.
Salah seorang pekerja pengasapan ikan Patin desa Koto Mesjid, Reski mengatakan, bahwa pabrik pengasapan(salai) ikan Patin tempatnya bekerja membutuhkan bahan baku sebanyak 4 ton ikan Patin segar setiap harinya. Dari 4 ton ikan Patin segar tersebut, bisa menghasilkan produksi ikan Patin asap sekitar 700 kg. Pengasapan ikan Patin berlangsung selama 8 jam. Semua hasil produksi ikan Patin asap tersebut sudah ada tempat menampungnya. Ada untuk dijual di pasar dan adapula untuk dikirim mengisi kebutuhan pasar di luar Provinsi Riau.
Untuk diketahui, beberapa waktu lalu Desa Koto Mesjid mendapatkan prestasi yang membanggakan masyarakat Kabupaten Kampar yang ditorehkan oleh Desa Koto Masjid pada pertengahan Agustus 2023, yaitu sebagai juara 1 lomba tingkat nasional, trophy desa terbaik tersebut diserahkan langsung Mendagri RI M Tito Karnavian diterima oleh Kades Arjunalis dan didampingi oleh PJ Sekda Kampar Ramlah,MSi.
(Penulis: Aprizal)