NasionalPeristiwa

Luput dari Perhatian Pemerintah, Keluarga Ini Pasrah Tinggal di Gubuk Yang Nyaris Roboh

122
×

Luput dari Perhatian Pemerintah, Keluarga Ini Pasrah Tinggal di Gubuk Yang Nyaris Roboh

Sebarkan artikel ini

Kabupaten Tangerang, Suaraaura.com – Sungguh miris melihat kondisi salah satu keluarga miskin yang tinggal di Kampung Mekar Baru RT 09 RW 02 Desa Mekar Baru Kecamatan Mekar Baru. Betapa tidak, Kuryati Seorang Buruh harian lepas ini dengan penghasilan yang tidak pasti beserta kedua anaknya terpaksa harus tinggal di gubuk yang atapnya hampir semua terbuka dan nyaris roboh. Rabu (27/11/22)

Keadaan keluarga miskin ini luput dari perhatian pemerintah, terutama Pemdes Mekar Baru lantaran rumah Kuryati ini Tidak jauh dari rumah Kepala Desa Mekar Baru,

Ketika ditemui awak media di rumahnya, Anisah (18) anak dari Kuryati ini mengatakan hal ini sudah ia alami sejak satu tahun lalu dan keluarganya harus pasrah dengan keadaan hidup yang dijalani. Himpitan ekonomi keluarganya selama ini harus mereka relakan dengan keadaan yang nyaris membuatnya putus asa.





Hunian yang ia tempati itu tak pantas disebut rumah melihat keadaan gubuk tempat mereka beristirahat mirip dengan kandang ternak, dimana terdapat tembok yang bolong bolong, atap yang hancur seperti sudah menjadi ‘sahabat’ di kehidupan sehari-harinya bersama anak-anaknya. Berbagai macam usaha keluarga tersebut untuk mengadu kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah yang dilakukannya hanya sia-sia.

Selanjutnya ketika awak media mencoba menghubungi Kuryati via telfon diapun menerangkan,

“Saya pernah mendapatkan informasi, bahwa nama saya mendapatkan bantuan bedah rumah, tapi apalah daya saya hanya seorang buruh harian lepas dan saya pun harus mengeluarkan sejumlah uang yang besar nya kira kira Rp 5.000.000. Agar rumah saya bisa di bedah, itupun menurut keterangan dari pak RW Kepada saya, Mendengar ucapan yang keluar dari salah seorang staf desa mekar baru itu saya hanya pasrah dan berdiam. Kata Kuryati,”

“Saat ini kami harus pasrah dengan keadaan dan rumah yang ditinggali ini pun sepertinya hanya menunggu roboh saja. Apalagi, saat air hujan turun kami sekeluarga harus kebocoran dan tidak bisa tidur,” tambahnya lagi sambil meneteskan air mata.

Ia sangat berharap ada orang-orang yang berhati mulia bisa melihat dan membantu keluarganya dengan keadaan yang sangat menyayat hati ini.

“Untuk biaya sekolah anak dan perlengkapannya saya harus bekerja di jakarta untuk menghasilkan pundi-pundi rezeki. Yang terpenting bagi saya saat ini bagaimana membuat anak-anak sehat dan dapat bersekolah agar bisa menjadi orang yang lebih baik, tidak seperti orang tuanya yang miskin ini,”

(SAHADI)