Pekanbaru, SuaraAura.com – Pilkada 2024 Rokan Hilir nampaknya makin memanas. Hal itu antara lain dipicu oleh adanya pernyataan Ketua DPC Rohil Pemuda Batak Bersatu (PBB) berinisial EM mengatakan bahwa Calon Bupati Afrizal Sintong Bupati Toleransi, sedangkan yang di sebelah tidak Toleransi. Sontak pernyataan sikap tersebut mengundang ketidaknyamanan bagi Warga Batak yang merasakan kepemimpinan bagi semua kalangan yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama.
Salah satu yang merasa terusik atas Pernyataan itu datang dari Humas IKBR (Ikatan Keluarga Batak Riau) Ir. Yanto Budiman Situmeang. Ia cukup menyayangkan pernyataan pernyataan yang kontradiktif tersebut.
“Sebagai Organisasi khususnya PBB harusnya jangan menimbulkan pro dan kontra.ditahun Pilkada serentak 2024,” kata Yanto ketika diminta media tanggapan nya.
“Jangan mengira Cabup H Bistamam orang nya tidak punya Toleransi. Cabup H Bistamam itu terkenal sebagai Bapak Transmigrasi. Beliau di Rohil sudah hampir 70 tahun artinya beliau sudah lebih duluan mengenal Rokan Hilir tersebut,” ujar Yanto.
Sebaiknya sebagai pendukung salah satu kandidat berbicaralah dengan Bijak serta dangan data yang ada. Dan dengan melihat kondisi Rohil sekarang ini.
“Jangan asal bicara saja yang berpotensi bisa menimbulkan percikan percikan kecil bahkan bisa berpotensi menimbulkan keributan antar sesama. Pilkada serentak cuma sarana mencari pemimpin bukan ajang saling mencari atau mendiskreditkan calon lain. Hidupkanlah lampu anda jangan padamkan lampu orang lain. Kita semua tidak menginginkan Pilkada damai berubah menjadi Pilkada yang tidak bermartabat,” pungkas Wartawan senior Riau yang juga pengamat politik ini.
Sebelum nya disalah satu media Eksposelensa.com menulis berita
Pernyataan tendensius yang dilontarkan oleh ketua dewan pimpinan cabang (DPC) pemuda Batak bersatu (PBB ) berinisial (EM) yang menyebutkan, bahwa hanya di kubu nomor 1 yang bisa membawa semangat toleransi di kabupaten Rohil, kalau sebelah yakinlah Kita akan hancur nanti,”Ujarnya.
“Ucapan tendensius tersebut dilontarkan pada saat kampanye dialogis Paslon No. 1, hingga menimbulkan polemik diantara masyarakat suku Batak, khususnya di kabupaten Rohil.
“Dampak dari ucapan tersebut tidak hanya merusak citra individu yang mengutarakannya, tetapi juga dapat membawa dampak negatif terhadap masyarakat suku Batak di Kabupaten Rokan Hilir, (***)