Pekanbaru, SuaraAura.com – Deklarasi calon Ketua PWI Riau DR H Syafriadi SH MH, Ahad malam (12/6/2022) di No Name Cafe, Jl Arifin Ahmad, Pekanbaru, berlangsung khidmat dan penuh kekeluargaan.
Tampak hadir beberapa tokoh pers Riau, seniman Riau, wartawan senior, dan ratusan wartawan pemilik kartu biru lainnya.
Ketua Tim Pemenangan H Yusrizal Koto diwakili Saparuddin Koto (Sapko) dalam sambutannya menyebut Syafriadi sebagai akademisi yang konsen di dunia pers.
“Beliau ini sudah tokoh nasional. Nah, kalau tokoh pers sudah turun gunung, berarti ada yang perlu dibenahi. Saat kita punya solusi untuk menjawab tantangan yang ada hari ini, maka mesti kita dukung dan pertahankan. Untuk itu mari kita dukung dan menangkan H Syafriadi,” ucap Sapko.
Si ‘pemilik’ panggung, H Syafriadi dalam sambutannya mengatakan, sangat mengapresiasi kehadiran dua calon ketua PWI Riau, Eka Putera Nazir dan Agustiar yang sebelumnya sudah memberikan sambutan.
Sebagaimana yang pernah disampaikannya kepada awak media beberapa bulan lalu, bahwasannya ia tidak berkeinginan untuk ikut meramaikan Konferprov PWI Riau 2022. Namun, ucapan itu kembali ia tarik setelah banyak dari kalangan wartwan yang mendorong untuk maju.
“Awalnya saya tak tersirat untuk maju, tapi, Batu kalau digoyang-goyang terus maka akan bergeser juga. Karena banyak teman-teman yang mendorong, dengan bismilah saya menyatakan maju,” ucap Syafriadi.
Lantas, apa yang menjadi pertimbangan mantan ketua SPS Riau ini? Syafriadi mengatakan, semua melihat kondisi PWI hari ini.
“Saya mendengar masukan dari anggota ada hal-hal yang menurut mereka harus dikerjakan oleh pengurus namun tak dikerjakan. Kedua, saya melihat rasa memiliki yang berkurang dari anggota terhadap PWI. Nadanya hampir sama semua, Keprihatinan dan kekecewaan,” tukas Syafriadi.
Melihat itu lah Syafriadi mengaku terenyuh dan mencoba memformulasikan program untuk kebutuhan PWI ke depan.
“Dalam program ini saya namakan 4i, yakni Profesi, Edukasi, Ekonomi dan Integrasi,” ucap Owner berazam.com ini.
Dijelaskannya, Profesi ini dulu bermarwah, sekarang sudah bergeser sangat jauh. Siapapun orangnya kini bisa menjadi wartawan, makanya profesi ini bukan lagi membanggakan. Banyak wartawan sekarang yang tidak kredibel. Jika ini dibiarkan, maka jangan salahkan mereka kalau tulisannya ke kiri dan ke kanan. Solusinya, pelatihan dan pendidikan kepada wartawan.
Kedua, edukasi. Ini sangat perlu dilakukan untuk menguatkan sumberdaya wartawan. Baik itu dalam hal menulis, atau pemahaman terhadap kode etik.
Ketiga, ekonomi. Untuk meningkatkan kesejahteraan wartawan itu sangat sulit. Namun ini akan diusahakan dengan menggandeng seluruh perusahaan yang ada.
Keempat, Integrasi atau pola hubungan PWI Provinsi dengan PWI kabupaten/kota. Dulu sudah bagus, tapi sekarang berjalan sendiri-sendiri.
“Ada yang bertanya, apakah tidak malu kalau nanti kalah? Bagi saya kalah dan menang itu hal biasa. Menang bermartabat, kalah terhormat. Jadi saya tegaskan, sekali maju tetap maju. Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang,” pungkasnya.
H Dheni Kurnia dalam sambutannya, apapun yang kita buat tidak boleh mundur. “Ini pernah saya buktikan. Saya menjadi wartawan harus menjadi wartawan hebat. Masuk ke media yang hebat,” kata Dheni.
“Begitu juga ketika saya bertekad mau menjadi ketua PWI. Alhamdulillah, keseriusan yang kita lakukan berbuah hasil maksimal. Saya menjadi ketua PWI Riau dua periode. Sekali maju, maka tetap maju. Ingat, setiap jaman itu ada orangnya, setiap orang ada masanya,” imbuhnya.(***)