(Serial Karya Lama Punya Cerita)
Didin Sirojuddin AR
———‐——‐—————-
Bagus juga ya, *Wedding Organizer* merias pelaminannya dengan lukisan KALIGRAFI.
———————————
Lukisan ini berjudul *”Dua Perisai”*, (dg latar _Surat Al-Falaq & Surat An-Nas_ yg berperan sebagai perisai untuk menjaga diri dari usilan syetan jin dan manusia) buatan th 1994 saat mau berangkat haji. Di tahun 94, saya paling banyak melukis. Sampai puluhan.
Karena lama “tak ada yg melirik”, maksudnya “tak laku-laku” 😆😄 meskipun beberapa kali dipamerkan, timbul keinginan mengapkir lukisan tekstur berukuran 135 x 110 cm itu dari dinding ruang tamu. Alasan lain, jenuh dengan “show bizarre” bertahun-tahun tanpa rotasi dengan karya lain.
Sampailah 8 tahun kemudian (2002), datang Si Mia Rahmiati Dewi Agustin dari Ciputat dengan pesan mengagetkan, “Mang Didin, Mia khan mau nikah nih. Jadi mau pinjam lukisan KALIGRAFI ini untuk hiasan di pelaminan. Boleh khan ya Mang?”
Bagaimana tidak kaget? Sebab, saya pikir, apakah ada pelaminan berhiaskan KALIGRAFI? Kalau ada, wah ini pertama di dunia! “Boleh Mia, asal segera Mia balikin secepatnya ya,” jawab saya kepada keponakan itu sambil garuk-garuk kepala karena pening beberapa keliling mikir apakah pantas tuch lukisan bertengger di pelaminan. Lagian, saya pikir lagi, tuch anak soleh banget ya ingin merias diri saat jadi pengantin dengan ayat-ayat Alquran. Saya hampir mau jatuh air mata tapi nggak jadi. Duh, anak yang soleha.
Begitu saya dan istri datang ke resepsi, saya kaget kedua kali! Duh, indahnya lukisan saya yang dioplos dengan bunga-bunga pusparagam mengepung di sekelilingnya. Sambil nyalamin pengantin, Mia berbisik kepada saya: “Hatur nuhun, Mang Didin. Orang-orang pada nanyain Mia, katanya Mia kalau hiasan yang beginian pesannya di mana ya. Mia jawab, nggak ada, ini khusus untuk Mia.” Aduuuuuuh semakin kageeeeeet, kaget ketiga kalinyaaaaa saya. Memang iya sich, mana pernah saya melihat ada pasangan wedding yang berani nekad berhias diri dengan KALIGRAFI Alquran. “Ya Allah, Engkau Maha Indah, yang selalu cinta kepada keindahan. Terima kasih hamba telah diberi kesempatan merias diri-Mu di pelaminan yang suci ini,” ombak pikiran dan hati saya berdebur kencang.
Beberapa waktu kemudian, lukisan itu dipamerkan di Hotel Regent Jakarta, dibuka oleh kawan-kawan saya Prof. Dr. K.H. Hidayat Nur Wahid dan Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin MA. Tapi bada maghrib sebelum pameran tunggal itu dibuka, seorang pengacara dari Gandi Jemat datang menghampiri saya, “Pak Ustaz, tolong lukisan ini saya beli duluan. Berapa ya?” Aaaaaaakh, aduuuuuh, alhamdulillaaaaah ini keempat kali saya wajib kaget. Saya menawarkan 12,5 juta, dibayar 10 jt (ongkos naik haji waktu itu 5 jutaan).
Betapa Allah Maha Pemurah. Hanya meminjamkan setengah hari, dibalas ganjaran ribuan kali. Oh, “tumpahan” mengasyikkan di pelaminan.