BENGKALIS (suaraaura.com) – Kesehatan adalah aset berharga yang harus kita jaga dengan baik. Mempertahankan kesehatan yang baik merupakan fondasi penting dalam menjalani kehidupan yang bahagia dan produktif, terutama bagi remaja dan ibu hamil.
Mengenai tentang kesehatan, di Indonesia sendiri lagi maraknya kebijakan pencegahan stunting. Studi WHO di Indonesia menyebutkan salah satu penyebab masalah stunting yaitu maraknya pernikahan dini. Apalagi saat ini banyak pihak yang menganggap pernikahan dini sebagai hal biasa.
Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) dimana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4 % di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) UNRI Desa Parit 1 Api-Api melakukan sosialisasi stunting dan pernikahan dini yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kantor Desa Parit 1 Api-Api, Selasa (25/07/2023).
Sebelum sosialisasi ini dimulai, dilakukan pengecekan data balita, batita dan ibu hamil, kemudian tim KUKERTA diskusi dengan Balai Penyuluhan BKKBN untuk menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut.
Selanjutnya, tim KUKERTA melakukan persiapan dalam menyukseskan kegiatan tersebut.
Seperti, mengantarkan undangan kegiatan kepada PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), Posyandu, Bidan Desa, BKB (Bina Keluarga Balita), BKR (Bina Keluarga Remaja) dan Pemuda-Pemudi Desa Parit 1 Api-Api.
“Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini, bisa menjadi wadah awal untuk kita sama-sama berpartisipasi untuk lebih sadar dalam memperhatikan gizi balita, batita, ibu hamil dan remaja yang ada di lingkungan desa ini,” ujar salah satu mahasiswa KUKERTA UNRI.
Selain melakukan sosialisasi mengenai pencegahan stunting dan dampak pernikahan dini, tim mahasiswa KUKERTA memperkenalkan salah satu inovasi pengolahan daun kelor menjadi cookies untuk makanan pendamping asi.
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan peran pemerintah desa dan masyarakat bersama-sama mencegah permasalahan stunting dan dampak pernikahan dini.(***)